Tabrak Belakang? No Way!

Lebih dari 10 tahun tinggal di Jepang, tidak pernah saya melihat tabrakan di jalan tol. Selama 10 tahun tinggal di Jakarta, hampir setiap bulan saya melihat tabrakan di jalan Tol Dalam Kota. Mengapa ini terjadi? Apakah sopir Jepang lebih baik dari sopir Indonesia?

Kita tahu, tabrakan, paling tidak, menyebabkan kerugian materi. Bahkan, bisa menyebabkan kematian. Tabrakan di jalan tol bukanlah hal yang remeh. Saya kadang bertanya dalam hati: apakah kita menyadari bahwa mobil adalah alat yang mematikan?

Saya menyadari kalimat ini. Ia sering terlintas di kepala saya. Walaupun demikian, tidak berarti saya selalu berkendara dengan kecepatan rendah. Beberapa kali saya terpaksa bergerak dengan kecepatan tinggi.

Dari berbagai modus di jalan tol, tabrak belakang sangat sering. Hal ini bisa dihindari dengan mengetahui data dan fakta berikut.

Kita membutuhkan kira-kira 1 detik untuk memproses informasi: melihat mobil depan melakukan pengereman dan memutuskan tindakan yang perlu diambil. Selama berpikir, mobil akan bergerak kira-kira 30 meter untuk kecepatan 100 km/jam.

Waktu 1 detik di atas adalah untuk berpikir. Sering disebut reaction time. Waktu ini bisa sedikit lebih pendek jika kita dalam super siaga. Satu detik adalah untuk sikap siaga yang normal.

Setelah memutuskan untuk mengerem sepenuhnya, mobil dengan kecepatan awal 100 km/jam, membutuhkan 85 m untuk sepenuhnya berhenti. Dengan demikian, jarak aman 110 m perlu dipertahankan dengan mobil depan ketika kita bergerak dengan kecepatan 100 km/jam.

Ada aturan 2-3 detik yang sering kita dengar. Mengikuti aturan ini, untuk kecepatan di atas, kita perlu menyediakan jarak 85 m. Angka ini, jauh lebih rendah dibanding rekomendasi di atas. Untuk kecepatan di bawah 80 km/jam, aturan 3 detik kelihatannya cukup konservatif.

Saya menulis ini untuk memaparkan fakta mengenai keterbatasan kita sebagai manusia. Bahwa kita membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengelola informasi dan mengambil tindakan.

Menyadari keterbatasan kita, menurut saya, adalah langkah awal menghindari masalah, dalam hal ini, tabrakan.

Mari berkendara dengan aman.

Reference:

 

Fergyanto E Gunawan, Dr Eng.
Associate Professor
Master of Industrial Engineering
Bina Nusantara University

 

  1. kalo boleh saya share ya pak, artikelnya sangat menarik,

    • Silahkan. Terima kasih atas kebaikan Anda.