5 Menit
Ana dengan wajah merengut memaksakan bangun dari ranjangnya yang nyaman membayangkan dosennya, Fergyanto E Gunawan Dr Eng, yang akan dia temuinya sebentar lagi dalam kuliah Metode Manufaktur. Dosen itu tidak tampan dan dari balik kacamatanya yang tebal, dia akan menceritakan cara membuat besi dan produk-produk membosankan lainnya.
Segera setelah mandi dan mengambil sepenggal roti, Ana bergegas ke kampus tanpa sarapan pagi. Dia bisa sarapan dalam kelas. Dosen satu ini mengijinkan hal itu jika ia berjanji untuk tidak ngobrol.
Setibanya di kelas, Ana mengambil tempat kosong di antara teman-temannya. Mereka terlihat ceria menceritakan akhir pekan mereka. Tiba-tiba, kegembiraan itu menguap begitu sang dosen muncul di pintu.
Sang dosen mengucapkan selamat pagi sambil bergegas ke meja di depan kelas. Ia menyalakan komputer dan proyektor, dan mengeluarkan sejumlah buku, persis seperti seorang komandan yang memerintahkan satu platon penembak jitu untuk bergegas, berbaris, dan bersiap di depan kelas untuk menembak teroris paling hebat. Ana tahu sebentar lagi dia akan tertembak dan tertidur di kelas yang membosankan ini.
Tetapi, ada sedikit yang berbeda hari ini. Dosen ini menampilkan slide yang hanya berisi satu pertanyaan dan judul di atasnya. Di situ tertulis, dalam bahasa Inggris, “Why we need limestone to make pig iron from iron ore?” dengan judul “Manufacturing of Steels”
Di menit pertama, dosen ini tidak bicara banyak. Hanya mengatakan “tulis jawaban Anda dalam satu lembar kertas. Di akhir kuliah, tulisan Anda akan dikumpul untuk dinilai.” Dia juga katakan, “gunakan seluruh sumber daya dalam tangan Anda untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut dalam 30 menit.”
Ana mengeluarkan smartphone-nya dan mulai mencari arti “limestone”, “pig iron”, “iron ore”, dan “steel manufacturing”. Tanpa terasa 30 menit berlalu dan dia masih asik menonton di YouTube bagaimana besi di buat setelah membaca beberapa artikel terkait di Wikipedia.
Dosen itu kemudian meminta mereka menghentikan pencarian mereka dan meminta untuk memberikan perhatian mereka ke slide di depan kelas. Ia lalu bercerita panjang-lebar mengenai cara membuat besi. Ia menampilkan video dan gambar-gambar menarik. Penjelasan itu membantu Ana mengkonstruksi potongan-potongan informasi yang dia peroleh dari Internet. Dia juga mudah paham dengan penjelasan sang dosen karena telah memiliki sedikit pengetahuan yang dia kumpulkan melalui Internet. Dia bertanya beberapa hal seperti bagaimana memisahkan kotoran dari besi, apa beda antara besi dan baja, dan mengapa baja memiliki kekuatan yang berbeda-beda.
Tidak terasa 70 menit berlalu. Masih tersisa 30 menit sebelum kelas berakhir. Di sisa waktu tersebut sang dosen meminta Ana dan teman-temannya menulis jawaban pertanyaan yang ditampilkan di awal kuliah.
Ana merasa tugas ini sangat mudah. Tanpa mencontek, dia menulis dengan cepatnya, meramukan ide-ide yang ada di kepalanya menjadi satu narasi yang koheren.
Di akhir 100-menit kuliah itu, Ana menemukan keceriaannya kembali. Dia merasa puas telah mengikuti kuliah sampai akhir, puas mengetahui bagaimana logam dibuat, dan puas menghasilkan satu tulisan. Dia tidak sabar menunggu hasil evaluasi sang dosen mengenai tulisannya itu.
Sinopsis: 5 menit pertama dalam setiap kuliah adalah krusial. Tenggak waktu yang pendek ini adalah kesempatan untuk memindahkan perhatian mahasiswa dari dunia mereka yang menghibur ke materi kuliah yang membosankan. Setelah itu, perhatian tersebut perlu dijaga dengan hati-hati dan dibawa sampai akhir kuliah. Perhatian mereka bisa ditangkap dengan pertanyaan yang memicu rasa ingin tahu. Perhatian mereka bisa dijaga dengan melibatkan mereka secara aktif dalam proses belajar.
Fergyanto E Gunawan, Dr Eng
Send feedback to: fgunawan AT binus.edu