PT GMF AeroAsia Tbk merupakan salah satu penyedia jasa Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) terbesar di Asia Tenggara. Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang perawatan dan perbaikan pesawat terbang, GMF beroperasi dalam lingkungan bisnis yang memiliki tantangan unik. Industri MRO tidak hanya dituntut untuk memastikan keandalan pesawat, tetapi juga harus mampu bekerja dengan jadwal perawatan yang sangat ketat, kebutuhan suku cadang yang terus berubah, serta koordinasi intensif dengan berbagai pemangku kepentingan mulai dari pemasok komponen hingga maskapai penerbangan sebagai pelanggan.

Dalam kondisi seperti ini, supply chain management (SCM) menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan operasi. Peran SCM tidak terbatas pada ketersediaan material saja, tetapi juga mencakup efisiensi biaya, kelancaran aliran logistik, dan peningkatan kualitas layanan kepada pelanggan. GMF mengelola rantai pasok yang luas, mulai dari penyediaan material, komponen, dan peralatan kerja, hingga pengelolaan vendor, sistem logistik, serta integrasi dengan kegiatan perawatan pesawat. Dengan memahami struktur supply chain yang dijalankan dan mekanisme operasionalnya, perusahaan dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai efisiensi sistem sekaligus menemukan peluang perbaikan secara berkelanjutan.


Gambar 1. Struktur Supply Chain di PT. GMF Aeroasia

2. Struktur Supply Chain di PT. GMF Aeroasia
Rantai pasok yang dimiliki GMF AeroAsia bersifat kompleks dan melibatkan banyak
pihak di dalam maupun di luar negeri. Secara garis besar, struktur supply chain GMF
dapat dijabarkan sebagai berikut

  • Supplier Bahan Baku dan Komponen
    GMF bekerja sama dengan pemasok komponen utama atau Original Equipment Manufacturer (OEM) seperti Airbus, Boeing, dan Rolls-Royce yang menyediakan komponen pesawat. Selain itu, ada pula pemasok bahan mentah seperti logam, material komposit, hingga bahan kimia yang dibutuhkan dalam perawatan, misalnya PT Krakatau Steel dan Hexcel Corporation.
  • Distributor Logistik
    Komponen dan material yang dipesan dari berbagai pemasok harus dikirim dengan aman dan tepat waktu. Untuk itu, GMF bekerja sama dengan penyedia jasa logistik baik udara maupun laut, seperti DHL Aviation atau Garuda Indonesia Cargo.
  • Divisi Procurement (TMC)
    Tim ini bertanggung jawab penuh dalam pengadaan, mulai dari pembelian, pengelolaan kontrak, hingga hubungan dengan vendor. Peran divisi ini sangat strategis karena berhubungan langsung dengan ketersediaan komponen di gudang
  • Tim Teknik (TB,TJ,TL)
    Kegiatan perawatan pesawat dilakukan oleh tim yang terbagi sesuai jenis pekerjaan. Tim TB menangani pesawat wide-body, tim TJ untuk narrow-body, sedangkan tim TL bertanggung jawab pada line maintenance. Setiap tim memiliki tantangan berbeda sesuai jenis pesawat dan lingkup perawatan yang dilakukan.
  • Customer
    GMF melayani berbagai maskapai, baik domestik seperti Garuda Indonesia dan Citilink, maupun maskapai asing seperti Virgin Australia, Cebu Pacific, KLM, Asiana Airlines, JAL, dll.

Gambar 2. Component dan Material Pesawat

3. Mekanisme Push–Pull System dalam Operasi MRO
Untuk menjalankan rantai pasok yang kompleks tersebut, GMF mengadopsi model hybrid yang memadukan sistem push dan pull. Model ini diterapkan dengan batas push–pull Boundary yang fleksibel, menyesuaikan kebutuhan operasional dan permintaan pelanggan.

a. Sistem Push (Make-to-Forecast)

Sistem ini digunakan terutama untuk komponen dengan pergerakan cepat (fast-moving items) seperti baut, seal, bearing, serta material habis pakai seperti oli, cat, dan sealant.
Stok ditentukan berdasarkan data historis dan hasil peramalan permintaan menggunakan sistem ERP (SAP).

Contoh penerapan: kebutuhan rutin untuk perawatan pesawat Boeing 777 dapat diprediksi dari data perawatan sebelumnya, sehingga material dapat disiapkan terlebih dahulu sebelum dibutuhkan.

b. Sistem Pull (Make-to-Order)

Sistem ini digunakan untuk komponen bernilai tinggi atau kritis, seperti mesin, landing gear, atau pekerjaan modifikasi tertentu (misalnya perubahan interior kabin).
Dalam mekanisme ini, pengadaan dilakukan hanya ketika ada permintaan langsung dari pelanggan.

Contoh penerapan: modifikasi kabin pesawat Boeing 777 baru dilakukan setelah maskapai mengajukan permintaan khusus.

c. Strategi Hybrid dengan Decoupling Point

Kombinasi kedua sistem dilakukan dengan memisahkan komponen standar dan komponen khusus:

  • Komponen standar dipasok menggunakan sistem push dan selalu tersedia di gudang.

  • Komponen khusus dipesan setelah Work Order diterbitkan.

Untuk meningkatkan efisiensi, GMF menggunakan teknik kitting, yaitu penyusunan paket komponen sesuai kebutuhan proyek MRO tertentu sehingga pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat dan terorganisir.

Gambar 3. System SAP untuk mengecek ketersediaan material.

2. Tantangan dalam Supply Chain dan Strategi Peningkatan

a. Tantangan yang Dihadapi
Seperti perusahaan MRO lainnya, GMF menghadapi sejumlah tantangan besar dalam pengelolaan rantai pasoknya:

  • Ketergantungan pada impor suku cadang
    Banyak komponen utama pesawat hanya dapat diperoleh dari OEM luar negeri, sehingga pasokan sangat bergantung pada faktor eksternal.

  • Waktu pengiriman yang panjang (long lead time)
    Proses impor sering memerlukan waktu lama karena jarak geografis, bea cukai, dan regulasi internasional, yang dapat memengaruhi jadwal perawatan pesawat.

  • Variabilitas kebutuhan
    Perbedaan jenis pesawat, usia, dan kondisi kerusakan menyebabkan variasi kebutuhan komponen yang tinggi, sehingga sulit menyiapkan persediaan yang benar-benar tepat.

b. Strategi Peningkatan

Untuk menjawab tantangan tersebut, GMF mengembangkan beberapa strategi utama:

  • Integrasi Sistem ERP (SAP)
    Sistem ERP mengintegrasikan data permintaan, ketersediaan stok, serta proses pengadaan dalam satu platform. Hal ini meningkatkan akurasi perencanaan dan memperkuat koordinasi lintas departemen.

  • Vendor Managed Inventory (VMI)
    GMF bekerja sama dengan supplier untuk menempatkan stok langsung di gudang GMF, sehingga ketersediaan barang lebih terjamin tanpa perlu melalui proses pengadaan panjang setiap kali dibutuhkan.

3. Penutup

Secara keseluruhan, rantai pasok di PT GMF AeroAsia Tbk dirancang dengan memadukan sistem push untuk efisiensi dan sistem pull untuk fleksibilitas.
Penerapan decoupling point memungkinkan kombinasi optimal keduanya, didukung oleh koordinasi yang kuat antara berbagai pihak—mulai dari supplier internasional, penyedia logistik, hingga pelanggan maskapai.

Penggunaan sistem ERP terintegrasi dan penerapan konsep VMI menjadi langkah strategis dalam menghadapi tantangan utama, khususnya terkait ketergantungan pada impor dan panjangnya lead time.
Dengan demikian, supply chain management di GMF tidak hanya mendukung kelancaran operasi harian, tetapi juga menjadi fondasi penting dalam menjaga daya saing perusahaan di industri MRO yang sangat dinamis.

Referensi

  1. Chopra, S., & Meindl, P. (2016). Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operation (6th ed.). Pearson Education.