Memaksimalkan Dampak Program Mobil Listrik Nasional di Indonesia
Kita akan mempercepat program mobil listrik nasional dan dampaknya untuk perekonomian dan lingkungan sudah jelas, bahkan juga untuk pembangunan sumber daya manusia Indonesia terutama di bidang ilmu dan teknologi. Tapi, tanpa diikuti oleh pembangunan teknologi energi berkelanjutan, dampak net mobil listrik secara lingkungan (mulai dari polusi udara sampai peningkatan ketahanan iklim) dan ekosistim alamiah (pengurangan kerusakan alam karena penambangan misalnya) secara keseluruhan mungkin tidak akan maksimal di Indonesia.
Mobil listrik memang tidak lagi menggunakan bahan bakar fosil dan dampak emisi karbonnya ke lingkungan akan menjadi sangat kecil sekali. Tapi, jika baterai mobil listrik tersebut pada akhirnya masih harus di-recharge di rumah atau di pangkalan bensin, dan listrik tersebut masih datang dari PLN yang sebagian besar pembangkit dayanya menggunakan teknologi fosil, maka dampak ekologisnya secara keseluruhan mungkin akan sama saja dengan yang ada saat ini.
Hitung punya hitung (dan sudah banyak penelitian seperti ini di negara-negara maju), mungkin profit-nya secara dampak lingkungannya akan kecil sekali. Itu sebabnya langkah perusahaan mobil listrik Tesla di Amerika Serikat (AS) adalah yang paling banyak dikagumi banyak kalangan, baik profesional teknologi ataupun investor di Wall Street – Tesla dikenal sebagai “the Wall Street’s Darling” di AS.
Gambar di atas memperlihatkan visi Tesla untuk mobil listrik yang di-recharge oleh Power Wall (baterai) di rumah yang energi-nya berasal dari Solaroof (solar panel tapi juga atap). Tesla membuat mobil listriknya yang terkenal itu, termasuk juga Power Wall-nya dan Solar Roof-nya. Dengan demikian, ini adalah solusi terpadu yang akan meningkatkan dampak program mobil listrik terutama secara lingkungan.
Untuk itu, Kita perlu menganalisis lebih lanjut dan menggali lebih dalam kemungkinan ini juga untuk diimplementasikan di Indonesia. Satu hal yang pasti, kita harus melakukan pembangunan teknologi energi berkelanjutan (tenaga surya, tenaga bayu, dsb) secara lebih sistematis dan terpadu di Indonesia.